Layaknya tanaman yang terus tumbuh
Seperti hewan yang beranak pinak
Maka kehidupan manusia pun
semestinya terus bergerak maju
Memberi manfaat pada makhluk lain
Memberi guna penduduk bumi
Dan melahirkan cinta dari penghuni langit
"Sesungguhnya sebaik-baik manusia adalah yang paling banyak memberikan manfaat kepada orang lain"
(Nabi Muhammad SAW)
Saya beruntung bisa bertemu Mr. Cheah di Brunei Darussalam. Ia adalah seorang guru besar bidang kesehatan warga negara Australia yang bekerja di Brunei Darussalam. Dalam sebuah obrolan dia bertanya pada saya, "Pak Jamil, kapan seseorang dikatakan sukses? Apakah Pak Jamil sudah sukses? Siapa contoh orang sukses?"
Pertanyaannya menggelitik saya. Mestinya, secara sederhana, seseorang dikatakan sukses bila telah memiliki "4-ta" (harta, tahta, kata, cinta) level tinggi. Jauh di atas rata-rata kebanyakan orang.
Level "4-ta" yang tinggi itu, diperoleh karena expertise (keahlian, core competence, prestasi) yang dimilikinya. Selain itu, "4-ta"’ yang dimiliki juga diperoleh dengan cara yang fair, tidak melanggar etika serta ajaran agama yang dianutnya.
Bila orientasi hidup kita hanya sukses semata, hidup akan terisolasi. Egoisme niscaya muncul di dalam diri kita. Boleh saja harta kita berlimpah, memiliki jabatan bergensi, berpendidikan tinggi, atau menjadi buah bibir di media massa, tapi jiwa dan
kehidupan terasa gersang. Bahkan boleh jadi, kita tak memiliki sahabat sejati, dibenci dan dimusuhi banyak orang.
SUKSES saja tak cukup. Kita perlu menambahkan satu kata lagi; MULIA. Orang bisa disebut hidup mulia bila ia mampu memberi banyak manfaat kepada orang lain. Orang mulia adalah orang yang senang berbagi. Elemen "4-ta" yang telah diperolehnya, dibagikan secara benar dan tepat kepada siapapun yang memerlukan.
Ajaran agama mengajarkan begitu. Bahwa di setiap harta yang kita miliki terdapat hak kaum miskin (dhuafa). Harta yang kita miliki harus disucikan dengan berzakat. Ada juga mekanisme membagi harta selain zakat yakni dengan wakaf, infak-sedekah, persepuluhan atau kegiatan sosial lainnya. Inilah perilaku berderma.
Perilaku berderma akan menyebabkan kehidupan kita dipenuhi keberkahan dan keberuntungan. Dalam konteks kehidupan riil, korelasi berderma dan keberkahan/keberuntungan ini bahkan pernah disurvei. Majalah Swa edisi April 2006 melaporkan, orang kaya yang semakin banyak berderma ternyata dia semakin kaya.
Orang mulia akan selalu memanfaatkan tahta dan posisi sosialnya untuk melahirkan orang-orang hebat. Ia akan memberi kesempatan kepada orang-orang yang dipimpinnya untuk terus maju dan berkembang. Tak ada dalam pikirannya untuk ‘mematikan’ karir orang yang dipimpinnya. Tahta yang ia punya, digunakan menciptakan kader-kader berilmu. Ia akan mendelegasikan tugas-tugas yang menantang bagi orang yang dipimpinnya.
Andrew Carnegie, orang terkaya di dunia abad ke-19, memiliki kader berilmu lebih dari 50 orang yang mengelilinginya setiap hari. Di atas batu nisannya tertulis: "Di sini terbaring seseorang yang dapat mencari orang-orang di sekitarnya yang lebih pandai daripada dirinya sendiri".
Berbagi kata (ilmu), memberi manfaat bukan hanya kepada si penerima curahan ilmu tapi juga bagi si pemberi ilmu. Semakin sering kita berbagi kata (ilmu) maka ilmu yang kita miliki akan semakin dalam. Selain itu, dalam ajaran Islam orang yang menebar ilmu akan diberi reward luar biasa.
Nabi Muhammad saw. pernah bersabda "Ketika anak adam meninggal putus seluruh amalnya kecuali tiga...", salah satunya adalah ilmu yang diamalkan dan disebarluaskan. Para penebar ilmu akan terus menerus mendapat kiriman pahala meski dia sudah terbujur kaku di dalam bumi.
Berbagi cinta, bisa dilakukan sebagaimana yang dilakukan Mak Eroh. Seorang perempuan peraih penghargaan Kalpataru. Dia mampu menggali saluran air melewati 8 bukit dari kali Cilutung menuju desanya di Pasir Kadu, di Kabupaten Garut.
Pada awalnya, selama 45 hari dia gali sendiri saluran air itu. Ia menerima banyak cemoohan karena orang-orang desanya menganggap apa yang dillakukannya adalah hal yang mustahil. Rasa cintanya pada warga desa yang kebanyakan miskin tak menyurutkan upayanya. Hasilnya, 60 hektar tanaman padi di kampungnya dapat dipanen 3 kali setahun.
Jadi, ukirlah terus expertise (prestasi dan core competence) kita agar mampu meraih level "4-ta" sempurna. Inilah cara meraih tingkatan sukses progresif, terus bergerak dan menanjak naik. Tapi jangan lupa, bagilah "4-ta" yang kita miliki kepada orang-orang di sekitar kita.
Usai diskusi Mr. Cheah tersenyum. Sambil menjabat tangan saya dia berkata ”saya ingin termasuk orang yang SUKSES dan MULIA.”
*Penulis adalah seorang Inspirator Sukses Mulia, Jamil Azzaini
Salam sukses,
Junaedi
"Hidup bukan sekedar Hidup"
(Nabi Muhammad SAW)
Saya beruntung bisa bertemu Mr. Cheah di Brunei Darussalam. Ia adalah seorang guru besar bidang kesehatan warga negara Australia yang bekerja di Brunei Darussalam. Dalam sebuah obrolan dia bertanya pada saya, "Pak Jamil, kapan seseorang dikatakan sukses? Apakah Pak Jamil sudah sukses? Siapa contoh orang sukses?"
Pertanyaannya menggelitik saya. Mestinya, secara sederhana, seseorang dikatakan sukses bila telah memiliki "4-ta" (harta, tahta, kata, cinta) level tinggi. Jauh di atas rata-rata kebanyakan orang.
Level "4-ta" yang tinggi itu, diperoleh karena expertise (keahlian, core competence, prestasi) yang dimilikinya. Selain itu, "4-ta"’ yang dimiliki juga diperoleh dengan cara yang fair, tidak melanggar etika serta ajaran agama yang dianutnya.
Bila orientasi hidup kita hanya sukses semata, hidup akan terisolasi. Egoisme niscaya muncul di dalam diri kita. Boleh saja harta kita berlimpah, memiliki jabatan bergensi, berpendidikan tinggi, atau menjadi buah bibir di media massa, tapi jiwa dan
kehidupan terasa gersang. Bahkan boleh jadi, kita tak memiliki sahabat sejati, dibenci dan dimusuhi banyak orang.
SUKSES saja tak cukup. Kita perlu menambahkan satu kata lagi; MULIA. Orang bisa disebut hidup mulia bila ia mampu memberi banyak manfaat kepada orang lain. Orang mulia adalah orang yang senang berbagi. Elemen "4-ta" yang telah diperolehnya, dibagikan secara benar dan tepat kepada siapapun yang memerlukan.
Ajaran agama mengajarkan begitu. Bahwa di setiap harta yang kita miliki terdapat hak kaum miskin (dhuafa). Harta yang kita miliki harus disucikan dengan berzakat. Ada juga mekanisme membagi harta selain zakat yakni dengan wakaf, infak-sedekah, persepuluhan atau kegiatan sosial lainnya. Inilah perilaku berderma.
Perilaku berderma akan menyebabkan kehidupan kita dipenuhi keberkahan dan keberuntungan. Dalam konteks kehidupan riil, korelasi berderma dan keberkahan/keberuntungan ini bahkan pernah disurvei. Majalah Swa edisi April 2006 melaporkan, orang kaya yang semakin banyak berderma ternyata dia semakin kaya.
Orang mulia akan selalu memanfaatkan tahta dan posisi sosialnya untuk melahirkan orang-orang hebat. Ia akan memberi kesempatan kepada orang-orang yang dipimpinnya untuk terus maju dan berkembang. Tak ada dalam pikirannya untuk ‘mematikan’ karir orang yang dipimpinnya. Tahta yang ia punya, digunakan menciptakan kader-kader berilmu. Ia akan mendelegasikan tugas-tugas yang menantang bagi orang yang dipimpinnya.
Andrew Carnegie, orang terkaya di dunia abad ke-19, memiliki kader berilmu lebih dari 50 orang yang mengelilinginya setiap hari. Di atas batu nisannya tertulis: "Di sini terbaring seseorang yang dapat mencari orang-orang di sekitarnya yang lebih pandai daripada dirinya sendiri".
Berbagi kata (ilmu), memberi manfaat bukan hanya kepada si penerima curahan ilmu tapi juga bagi si pemberi ilmu. Semakin sering kita berbagi kata (ilmu) maka ilmu yang kita miliki akan semakin dalam. Selain itu, dalam ajaran Islam orang yang menebar ilmu akan diberi reward luar biasa.
Nabi Muhammad saw. pernah bersabda "Ketika anak adam meninggal putus seluruh amalnya kecuali tiga...", salah satunya adalah ilmu yang diamalkan dan disebarluaskan. Para penebar ilmu akan terus menerus mendapat kiriman pahala meski dia sudah terbujur kaku di dalam bumi.
Berbagi cinta, bisa dilakukan sebagaimana yang dilakukan Mak Eroh. Seorang perempuan peraih penghargaan Kalpataru. Dia mampu menggali saluran air melewati 8 bukit dari kali Cilutung menuju desanya di Pasir Kadu, di Kabupaten Garut.
Pada awalnya, selama 45 hari dia gali sendiri saluran air itu. Ia menerima banyak cemoohan karena orang-orang desanya menganggap apa yang dillakukannya adalah hal yang mustahil. Rasa cintanya pada warga desa yang kebanyakan miskin tak menyurutkan upayanya. Hasilnya, 60 hektar tanaman padi di kampungnya dapat dipanen 3 kali setahun.
Jadi, ukirlah terus expertise (prestasi dan core competence) kita agar mampu meraih level "4-ta" sempurna. Inilah cara meraih tingkatan sukses progresif, terus bergerak dan menanjak naik. Tapi jangan lupa, bagilah "4-ta" yang kita miliki kepada orang-orang di sekitar kita.
Usai diskusi Mr. Cheah tersenyum. Sambil menjabat tangan saya dia berkata ”saya ingin termasuk orang yang SUKSES dan MULIA.”
*Penulis adalah seorang Inspirator Sukses Mulia, Jamil Azzaini
Salam sukses,
Junaedi
"Hidup bukan sekedar Hidup"
Related Keywords Search:
peluang usaha
usaha yang menguntungkan
usaha dengan modal kecil
peluang usaha modal kecilk
usaha modal kecil
peluang usaha peluang bisnis
bisnis usaha sampingan
usaha usaha sampingan
usaha rumahan modal kecil
usaha bisnis rumahan
usaha sampingan karyawan