Info Cacing Pipih Dan Penyakit Mata | Cacing pipih, hewan yang memiliki daya regenerasi tinggi, ternyata punya manfaat besar dalam membantu penyembuhan berbagai penyakit mata pada manusia. Tentu bukan cacing itu yang dibuat obat mata, melainkan peta gennya membantu para ilmuwan mempelajari indera penglihatan tersebut.
Para ilmuwan telah meneliti kemampuan spesial Planaria--salah satu jenis cacing pipih--yang mampu menumbuhkan kembali bagian tubuhnya yang putus. Penelitian berfokus pada isolasi gen yang terlibat dalam pembentukan dan pengembangan mata. "Kami percaya genom ini berperan penting sebagai model untuk mempelajari perkembangan mata dan penyakit mata pada manusia," kata Profesor Peter Reddien, peneliti dari Massachusetts Institute of Technology, dalam jurnal Cell Report seperti dikutip Dailymail, kemarin.
Seluruh urutan genom mata Planaria kini berhasil diterjemahkan. Urutan genom ini, kata Profesor Reddien, menyediakan daftar paling komplet genom yang terlibat dalam biologi mata dan sistem pemodelan mata. "Data ini dapat digunakan untuk mempelajari fungsi gen-gen mata secara cepat," ujar dia. Data itu sekaligus melengkapi data genom mata dari lalat buah Drosophila yang telah didokumentasikan secara lengkap oleh para ilmuwan sejak beberapa dekade lalu. Mata majemuk Drosophila inilah yang sebelumnya banyak digunakan sebagai model untuk mempelajari pengembangan mata.
Namun, cacing pipih menyajikan sebuah garis penelitian yang baru. Profesor Reddien, bersama seorang mahasiswa pascasarjana, Sylvain Lapan, menganalisis lebih dari 2.000 mata Planaria. Mereka menemukan 600 gen aktif dan mempelajari 200 di antaranya secara lebih terperinci. Beberapa gen yang diidentifikasi punya peran yang sama seperti mata vertebrata, tapi tak ditemukan di mata lalat buah. Misalnya, gen-gen yang terlibat dalam perkembangan mata, usia degenerasi makula, serta sindrom usher, gangguan yang menyebabkan degradasi progresif pada retina mata.
Salah satu gen kunci adalah transcription factor ovo, gen yang mengaktifkan ekspresi gen lainnya saat pembentukan mata. Gen ovo sebelumnya tidak pernah dikaitkan dengan pembentukan mata, hingga penelitian terbaru menyatakan sebaliknya, bahwa gen ini sangat vital bagi regenerasi mata cacing Planaria.
Dalam percobaannya, Profesor Reddien dan Lapan mematikan fungsi gen ovo. Lalu mereka memotong kepala cacing Planaria. Hasilnya, cacing tersebut menumbuhkan kepala tanpa mata. Proses regenerasi mata tidak dapat dilakukan tanpa kehadiran gen ovo. "Planaria menggunakan mekanisme yang sama untuk pembentukan mata selama homeostasis, regenerasi, dan perkembangan embrio," ujar Lapan.
Profesor Reddien menuturkan mata cacing Planaria sangat berbeda dibandingkan mata lalat buah. Penelitian mata Planaria membawa mereka ke penemuan peran penting gen ovo dalam pembentukan dan pengembangan mata. "Kami sekarang tahu bagaimana gen ovo mengatur pembentukan mata," katanya.
Para ilmuwan telah meneliti kemampuan spesial Planaria--salah satu jenis cacing pipih--yang mampu menumbuhkan kembali bagian tubuhnya yang putus. Penelitian berfokus pada isolasi gen yang terlibat dalam pembentukan dan pengembangan mata. "Kami percaya genom ini berperan penting sebagai model untuk mempelajari perkembangan mata dan penyakit mata pada manusia," kata Profesor Peter Reddien, peneliti dari Massachusetts Institute of Technology, dalam jurnal Cell Report seperti dikutip Dailymail, kemarin.
Seluruh urutan genom mata Planaria kini berhasil diterjemahkan. Urutan genom ini, kata Profesor Reddien, menyediakan daftar paling komplet genom yang terlibat dalam biologi mata dan sistem pemodelan mata. "Data ini dapat digunakan untuk mempelajari fungsi gen-gen mata secara cepat," ujar dia. Data itu sekaligus melengkapi data genom mata dari lalat buah Drosophila yang telah didokumentasikan secara lengkap oleh para ilmuwan sejak beberapa dekade lalu. Mata majemuk Drosophila inilah yang sebelumnya banyak digunakan sebagai model untuk mempelajari pengembangan mata.
Namun, cacing pipih menyajikan sebuah garis penelitian yang baru. Profesor Reddien, bersama seorang mahasiswa pascasarjana, Sylvain Lapan, menganalisis lebih dari 2.000 mata Planaria. Mereka menemukan 600 gen aktif dan mempelajari 200 di antaranya secara lebih terperinci. Beberapa gen yang diidentifikasi punya peran yang sama seperti mata vertebrata, tapi tak ditemukan di mata lalat buah. Misalnya, gen-gen yang terlibat dalam perkembangan mata, usia degenerasi makula, serta sindrom usher, gangguan yang menyebabkan degradasi progresif pada retina mata.
Salah satu gen kunci adalah transcription factor ovo, gen yang mengaktifkan ekspresi gen lainnya saat pembentukan mata. Gen ovo sebelumnya tidak pernah dikaitkan dengan pembentukan mata, hingga penelitian terbaru menyatakan sebaliknya, bahwa gen ini sangat vital bagi regenerasi mata cacing Planaria.
Dalam percobaannya, Profesor Reddien dan Lapan mematikan fungsi gen ovo. Lalu mereka memotong kepala cacing Planaria. Hasilnya, cacing tersebut menumbuhkan kepala tanpa mata. Proses regenerasi mata tidak dapat dilakukan tanpa kehadiran gen ovo. "Planaria menggunakan mekanisme yang sama untuk pembentukan mata selama homeostasis, regenerasi, dan perkembangan embrio," ujar Lapan.
Profesor Reddien menuturkan mata cacing Planaria sangat berbeda dibandingkan mata lalat buah. Penelitian mata Planaria membawa mereka ke penemuan peran penting gen ovo dalam pembentukan dan pengembangan mata. "Kami sekarang tahu bagaimana gen ovo mengatur pembentukan mata," katanya.
Semoga bermanfaat Info Cacing Pipih Dan Penyakit Mata | tempo.co